PABUMNews – Dr. Arcandra Tahar, M. Sc., Ph.D. Anak Padang kelahiran 10 Oktober 1970 ini cukup menarik diperbincangkan, terutama dari sisi prestasinya. Ia pecinta buku. “Sehari-harinya tak pernah lepas dari buku,” kata salah seorang kakaknya seperti dirilis metrotvnews.com. Ditambahkannya, sejak SD hingga SMA, selalu menempati ranking teratas di sekolahnya.
Dari SMAN 2 Padang, ia masuk jurusan Teknik Mesin ITB dan lulus tahun 1994. Dua tahun kemudian, ia pergi ke Amerika Serikat untuk menimba ilmu. Sejak itulah Arcanda bermukim di negeri Paman Sam.
Di sana ia belajar di bidang kilang lepas pantai atau offshore, di Texas A&M University, jurusan Ocean Engineering. Setelah mendapatkan gelar master, melanjutkan ke program doktoral di kampus dan jurusan yang sama. Ia lulus dengan gelar Ph.D. tahun 2001.
Keberadaan Arcanda di Amerika Serikat cukup mengagetkan para praktisi dan ahli kilang lepas pantai setempat. Manusia ras Asia Tenggara berkulit sawo matang ini kehebatan otaknya justru melebihi para bule di sana. Selama 14 tahun berpengalaman di bidang kilang lepas pantai, ia menjadi rebutan berbagai perusahaan besar. Jangan heran jika ia sempat menjadi profesional utama di beberapa perusahaan besar di Amerika. Terakhir ia bekerja di Petroneering di Houston, dengan jabatan mentereng: Direktur Utama. Petroneering sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan engineering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore.
Ketika isu dwikewarganegaraan menimpa Arcandra saat Presiden Jokowi menariknya menjadi Menteri ESDM, AM Hendropriyono, mantan orang nomor satu di BIN, mengungkap fakta kehebatan Arcandra.
Hendropriyono mengatakan, “Saya menghimbau masyarakat untuk tidak terbawa arus kebencian terhadap anak bangsa kita sendiri, Archandra Tahar. Dia terpilih sebagai menteri karena kecerdasannya, karena memiliki prestasi yang gemilang. Dia aset bangsa kita sendiri yang sangat berharga. Dia orang awak, anak Padang bangsa Indonesia asli. Dia terkenal di AS sbg seorang genius, yg memiliki 6 hak paten internasional ESDM dari penemuan-penemuan teknis hasil risetnya sendiri di berbagai negara” ungkap Hendropriyono dalam akun twiternya.
Hendropriyono menambahkan, “Archandra murid paling brilian kesayangan Ed Horton, si genius dan inventoroffshore technology AS yg terkenal. Ed Horton adalah tokoh legendaris dunia di bidang offshore. Arcandra berilmu dan berpengalaman secara teknikal maupun komersial, dlm pengembangan lapangan oil and gas di offshore.”
Kini Arcandra menjadi Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignatius Jonan. Ia tentu bertanggung jawab langsung mewujudkan program menyediakan 35.000 MW listrik pada tahun 2025 di mana panasbumi atau geothermal yang merupakan energi bersih dan terbarukan menjadi salah satu sumber energi untuk mendukung pencapaian program tersebut. Porsi panasbumi terkait target 35.000 MW adalah 7.200 MW.
“Untuk Indonesia sumber energi yang merupakan kearifan lokal adalah energi geothermal atau panasbumi,” ujarnya ketika mengunjungi Area Kamojang.
Arcandra menyatakan bahwa produksi listrik dari sumber energi panasbumi memiliki tingkat keandalan produksi yang stabil dan tidak terpengaruh cuaca.
“Kestabilan ini membuat listrik panasbumi bisa menjadi base load penyediaan listrik bagi masyarakat oleh PLN,” katanya.
Banyak pihak menilai target ini ambisius karena hingga saat ini total kapasitas panasbumi Indonesia baru mencapai 1698,5 MW. Masih ada kekurangan sebesar 5501,5 MW yang harus didapatkan dalam kurun waktu 8 tahun.