PLTP Muara Laboh yang dioperasikan PT SEML (Sumber foto : Dok. Oldwin Kuniawan)
PABUMNews – Pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) Muara Laboh di Solok Selatan, Sumatera Barat, saat ini memasuki tahap uji coba pembangkit gardu dan jaringan transmisi. Targetnya, Oktober 2019 PLTP berkapasitas 80 MW ini sudah bisa menyalurkan energi listrik ke jaringan PLN.
Mengutip Antara (Rabu, 10 Juli 2019), Site Support Manager PT Supreme Energy Muaralaboh Yulnofrins Napilus, mengatakan, setelah PLTP Muara Laboh beroperasi, tidak akan ada lagi pemadaman listrik di Solok Selatan.
Ditambahkannya, jaringan listrik Solok Selatan terhubung langsung dengan jaringan Sumatera yang terbentang dari Aceh hingga Lampung.
Listrik dari Solok Selatan yang tersambung dengan jaringan Sumatera dihubungkan dengan Saluran Udara Tegangan ekstra tinggi (Sutet) yang terbebas dari pohon tumbang dan kendala lainnya.
“Kalaupun ada pemadaman hanya sedikit sekali dan tidak seperti sekarang,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Manager Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan PLN Wilayah Sumbar Hendro Prasetyawandi pada Mei 2019 lalu.
“Kalau GI sudah beroperasi manfaatnya bisa segera dinikmati masyarakat setempat, dimana pemadaman yang selama ini sering ke depan tidak akan terjadi lagi,” katanya seperti dirilis Antara, Kamis (16/5/2019).
PT SEML merupakan perusahaan joint venture antara Supreme Energy dengan ENGIE dari Prancis dan Sumitomo Corporation dari Jepang.
Harga jual listrik PLTP Muara Laboh adalah US$ 0,13 per kWh. Besaran harga ini merupakan penyesuaian dari tarif sebelumnya yang hanya US$ 0,088 per kWh.
Selain PLTP Muara Laboh, Supreme Energi yang dikamondoi Supramu Santosa ini, juga mngembangkan panasbumi Ratau Dedap di Sumatera Selatan. PLTP Rantau Dedap yang direncanakan bekapasitas 90 MW ini akan beroperasi pada tahun 2020. Selain itu Supreme Energi juga mengembangkan proyek PLTP Rajabasa di Provinsi Lampung. Kapasitas yang akan dikembangkan sebesar 80 MW. (es)