PABUMNews-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengkaji penerapan teknologi pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) skala kecil untuk kawasan terpencil di Indonesia.
“Selama ini pembangkit listrik tenaga panasbumi skala kecil tidak pernah dibangun karena dinilai tidak ekonomis, padahal bermanfaat bagi masyarakat kepulauan dan perbatasan, apalagi jika semua komponen diproduksi oleh perusahaan nasional,” ungkap Kepala BPPT, Unggul Priyanto, saat melakukan kunjungan kerja ke area Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Lahendong, atau Lahendong Binary Plant, Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat (10/10/2017).
Menurut dia sebenarnya potensi panasbumi di banyak daerah seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat setempat.
“Khususnya untuk wilayah perbatasan dan remote atau terpencil di Indonesia. Jadi masyarakat di wilayah terpencil juga mendapat pelayanan dalam hal kelistrikan, yang terpenting agar dapat memenuhi kebutuhan listrik dasar,” ungkapnya.
Energi panasbumi, kata Unggul, memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan di wilayah kepulauan dan perbatasan Indonesia. Menurutnya tenaga panasbumi menjadi opsi untuk menggantikan energi diesel yang masih digunakan pada kawasan kepulauan seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, serta di Maluku yang selama ini pun masih kurang memadai.
Menurut Unggul, program pemanfaatan energi baru terbarukan seperti panasbumi yang tergolong clean energy atau energi bersih sangatlah tepat, apalagi mengingat cadangan energi fosil yang semakin berkurang.
“Energi fosil atau bahan bakar minyak, selain tidak bersih juga pasti akan habis kalau pemanfaatannya terus bertambah, apalagi kalau berlebihan. BPPT di kawasan panasbumi Lahendong ini menggunakan sistem binary cycle. Lebih efisien dan optimal dalam menghasilkan listrik,” paparnya.
Sistem binary cycle, lanjutnya, cocok untuk diterapkan di wilayah perbatasan atau remote area (terpencil,red)
“Saat ini PLT Panasbumi Lahendong mampu menghasilkan energi listrik sebesar 500 KW yang bisa menerangi 500 rumah,” ujarnya.
Kerjasama operasi BPPT, PLTP Lahendong dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai pemilik kawasan tempat sumur panasbumi, ujar dia, juga memiliki tujuan penting dalam rangka meningkatkan penguasaan teknologi oleh industri dalam negeri.
Keunggulan PLTP binary cycle
Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi BPPT, Andhika Prastawa menerangkan, PLTP binary cycle mimiliki keunggulan dibanding PLTP konvensional, yakni lebih efisien dan mampu meningkatkan kapasitas pembangkitan.
“PLTP Binary Cycle memanfaatkan uap panasbumi yang basah yang tidak bisa digunakan PLTP konvensional. Kemudian bisa digunakan untuk memanfaatkan air panas sisa PLTP yang konvensional. Sehingga menambah efisiensi total dan menambah kapasitas pembangkitan,” terangnya seperti dimuat antaranews.com Jumat (10/11/2017).
Andhika mengatakan, PLTP binary cycle dapat digunakan sebagai model pemanfaatan sumur panasbumi dengan uap basah yang menjadi karakteristik kebanyakan sumber panasbumi di Indonesia terutama di Sumatera dan Sulawesi.
Andhika menargetkan pada 2018 tahap uji coba bisa selesai, sehingga bisa segera dioperasikan. (es)