Direktur Utama Pertamina Geothermal Energi (PGE) Irfan Zainuddin dan Direktur Utama PDPA, Muhsin disaksikan Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto dan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah menandatangi SHA pemanfataan panasbumi Seulawah, di Pendopo Gubernur di Banda Aceh, 12 Mei 2016. (foto: bumn.go.id)
PABUMNews- Mendorong agar rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) di Gunung Seulawah, Provinsi Aceh, segera direalisasikan, warga Lamteuba, Kabupaten Aceh Besar, melakukan penanaman bibit pohon di kaki Gunung Seulawah, Kamis (2/5/2019) kemarin.
Selain warga, hadir juga dalam kegiatan itu perwakilan dari Pemkab Aceh Besar, aktivis LSM dari Aceh Youth Environmental Forum (AYEF), WWF Indonesia, Aceh Geothermal Forum (AGF), FPA-PSDA (Forum Perempuan Aceh Peduli Sumber Daya Alam) dan komunitas lainnya.
Bibit pohon yang ditanam beragam, terutama pohon-pohon keras yang bisa menyimpan air. Tujuannya agar ketersediaan air di Gunung Seulawah terjaga yang merupakan bagian penting dari keberlangsungan PLTP.
“Kegiatan ini untuk mendukung keberlanjutan ketersediaan air, yang menjadi bagian penting untuk mendukung proyek geothermal di Seulawah,” kata Maman Abdullah dari AYEF selaku koordinator kegiatan seeprti dirilis Acehsatu.com, Kamis (2/5/2019).
Maman menambahkan, penanaman bibit pohon di kaki Gunung Seulawah juga dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dan menghijaukan kembali kawasan Gunung Seulawah.
Sementara Ketua Aceh Geothermal Forum (AGF), Fahmi, mengatakan, hingga saat ini belum ada aktivitas pembangunan panasbumi atau geotermal di kawasan Gunung Seulawah. Padahal masyarakat sangat mendukung pemanfaatan panasbumi Seulawah untuk memenuhi kebutuhan listrik di Aceh.
Yang jadi persoalan, lanjutnya, minimnya sosialisasi sehingga masyarakat mengetahui pengembangan geothermal Gunung Seulawah melalui media massa.
“Informasi yang masyarakat terima sangat sedikit. Masyarakat juga belum tahu persis apa itu panas bumi, pemanfaatannya bagaimana, tahapannya bagaimana. Kalau ini tidak diberikan secara cukup, kami khawatir akan terjadi salah persepsi, kekeliruan dalam memahami panas bumi ini di kalangan masyarakat,” terang Fahmi seperti dirilis Antara (Kamis, 2/5/2019).
Diketahui, Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) Seulawah merupakan milik Pertamina Geothermal Energi (PGE). Dalam perkembangannya kemudian proyek panasbumi Seulawah dikerjasamakan dengan Pemerintah Provinsi Aceh lewat Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA). Shareholder”s Agreement (SHA) atau Perjanjian Pemegang Saham proyek Goethermal Seulawah antara PGE dengan PDPA ditandatangani pada Mei 2016 lalu, atau tiga tahun lalu. Pertamina sebagai pemilik modal dan pemenang tender memiliki saham sebesar 75 persen sedangkan PDPA mendapatkan saham 25 persen persen yang sebagian besar saham PDPA tersebut bersumber dari dana hibah Pemerintah Jerman melalui KfW.
Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan SHA, PGE dan PPDA kemudian mendirikan perusahaan baru sebagai perusahaan patungan yang diberi nama PT Geothermal Energy Seulawah (PT. GES). Perusahaan ini nantinya yang akan mengelola panasbumi Seulawah.
Keterlibatan PDPA dalam proyek pemanfataan panasbumi Seulawah, merupakan realisasi dari skema Public Private Partnership yang dikonsep BAPPENAS. Tujuannya untuk memberdayakan perusahaan daerah dan terlibat langsung dalam bisnis yang konkrit.
Titik potensi panasbumi di Seulawah terbagi dua yakni di IeSeum Krueng Raya dengan sumberdaya hipotesis 63 MW, dan di Seulawah Agam sendiri dengan cadangan 282 MW.
Kedua titik potensi panasbumi ini akan dikembangkan masing-masing sebesar 55 MW. Untuk Ie Seum Krueng Raya pengembangan dilakukan tahun 2024, sementara Seulawah Agam pada tahun 2025. (es)