Agus Hermanto, Prof. Rosalind Archer dan Surya Darma berfoto bersama
PANASBUMINews-Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Agus Hermanto, yakin Indonesia bisa menjadi pusat riset panasbumi dunia. Menurutnya, sekarang ini Selandia Baru menjadi kiblat riset panasbumi, namun suatu saat Indonesia bisa menggantikan posisi Selandia Baru.
Keyakinan Agus didasarkan atas potensi energi panasbumi yang melimpah di Indonesia, mencakup 40 persen energi panasbumi yang dimiliki dunia.
Hal itu diungkapkan Agus saat menerima ahli panasbumi Selandia Baru, Profesor Rosalind Archer, di ruang kerjanya, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Sebanyak 40 persen energi panasbumi dunia berada di Indonesia, oleh karena itu Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat panasbumi dunia,” ujarnya.
Terkait dengan kedatangan Archer, Agus mengatakan, Indonesia dan Selandia Baru sudah lama menjalin kerjasama dalam pengembangan panasbumi. Indonesia pun mendapatkan technical assistance dari para ahli panasbumi Selandia baru, dan Rosalind Archer salah satunya.
“Indonesia sekarang ini mendapat bantuan para peneliti panasbumi dari Selandia Baru secara gratis. Para peneliti tersebut akan melakukan studi potensi panasbumi di berbagai daerah,” tuturnya.
Sementara itu, Rosalind Archer, profesor cantik dari University of Auckland itu, mengakui bahwa sumber panasbumi Indonesia sangat melimpah. Menurutnya, energi ini bisa mengantikan energi fosil dan batubara yang semakin hari semakin menipis.
“Ini harta karun yang sangat berharga yang bisa menggantikan energi fosil,” katanya.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, yang mendampingi Agus saat menerima Rosalind Archer, membenarkan bahwa Selandia Baru kini menjadi kiblat panasbumi dunia.
“Selama ini kita kenal centre of excellence geothermal ada di Selandia Baru,” ungkapnya seperti dirilis Republika.co id.
Surya Darma pun yakin Indonesia berpeluang besar menjadi pusat riset panasbumi dunia mengingat potensi panasbumi yang dimiliki Indonesia sangat melimpah.
“Jadi, ke depan pusat studi panasbumi dunia tidak hanya Selandia Baru, tapi juga Indonesia,” katanya.(es)