Sebaran potensi panasbumi bertemperatur menengah (sumber : esdm.go.id)
PABUMNews– Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) di Indonesia sekarang ini baru mencapai 1.948 MW dari total potensi sebesar 25,386.5 MW. Kapasitas sebesar itu, diproduksi dari pembangkit listrik tenaga panasbumi yang bersumber dari sistem panasbumi temperatur tinggi (T reservoir >220 C).
Hal itu terungkap dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peluang Pengembangan Panas Bumi Temperatur Menengah”, yang digelar di Aula Kantor Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (10/4/2019) pekan lalu.
FGD digelar oleh Ditjen EBTKE untuk mencari solusi dan bertukar pendapat dalam upaya pengembangan panasbumi temperatur menengah yang hingga sekarang belum termanfaatkan.
Terungkap pula, potensi panasbumi temperatur menengah di Indonesia tersebar di 167 lokasi dari total 349 lokasi panasbumi yang teridentifikasi. Total sumber daya panasbumi temperatur menengah ini mencapai 8.677 MW. Dari 65 WKP yang sudah dikeluarkan, 16 WKP di antaranya mempunyai temperatur menengah, atau sekitar 25% dengan potensi sekitar 1.370 MW.
Dirjen EBTKE, FX Sutijastoto berharap, ada solusi untuk memanfaatkan panasbumi temperatur menengah sehingga pencapaian target panasbumi sebesar 7.200 MW pada tahun 2025 tercapai.
“Pak Menteri Jonan juga sudah mengarahkan bahwa para engineer itu harus bisa benar-benar menginterpretasikan inovasi”, ujar Toto, panggilan akrab FX Sutijastoto ketika membuka FGD seperti dimuat laman esdm.go.id, Kamis (11/4/2019)
Ada empat karakteristik panasbumi bertemperatur menengah. Pertama, estimasi temperatur reservoir 125-220C. Kedua, mempunyai potensi yang kecil-sedang, umumnya di bawah 50 MW. Ketiga, penyebarannya berada di lingkungan sistem panasbumi non-vulkanik. Dan keempat, umumnya mempunyai kedalaman reservoir yang relatif dangkal sekitar 600-800 meter.
Sudah ada teknologi pembangkit untuk memanfaatkan energi panasbumi temperatur menengah menjadi energi listrik, yaitu teknologi siklus binary (binary cycle). Teknologi ini bekerja dengan menggunakan fluida sekunder (Butana/Pentana). Siklus binary ini merupakan siklus tertutup di mana seluruh fluida diinjeksikan kembali ke dalam bumi, sehingga akan menghasilkan zero-emission.
Saat ini, pengembangan panasbumi di Indonesia masih terfokus pada daerah panasbumi bertemperatur tinggi, dan masih terkendala belum adanya data pengeboran eksplorasi di daerah panasbumi bertemperatur menengah. Tantangan pengembangan panasbumi bertemperatur menengah adalah cost-nya yang lebih mahal dibandingkan dengan pembangkit konvensional. Tantangan lainnya, belum adanya kesepakatan harga listrik/PPA, lokasi wilayah yang berada di hutan konservasi (termasuk dalam world heritage) yang dapat memunculkan isu sosial dan kendala di perizinan, belum lagi pendanaan proyek untuk eksplorasi membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Panasbumi bertempartur menengah area prospeknya 60% tersebar di Bali, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara dengan BPP Pembangkitan di atas rata-rata BPP Pembangkitan Nasional sebesar 7,86 cent USD/kWh. (es)