PABUMNew- Panasbumi merupakan solusi bagi bangsa untuk memenuhi kebutuhan energi. Hal itu diungkapkan Nenny dalam berbagai kesempatan. Ia melihat potensi panasbumi Indonesia melimpah bahkan Indonesia salah satu negara paling kaya akan panasbumi.
Di sisi lain Nenny pun melihat ada sejumlah keunggulan yang dimiliki energi panasbumi dibanding energi fosil atau energi lainnya, di antaranya terbarukan, bersih, hemat lahan dalam pengusahaannya. “Dan keunggulan lain dari geothermal energi adalah dalam faktor kapasitasnya (capacity factor), yaitu perbandingan antara beban rata-rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam suatu perioda (average load generated in period) dengan beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load). Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara, yang besarnya hanya 60-70%,” papar Nenny dalam sebuah tulisannya.
Nama lengkapnya Ir. Nenny Miryani Saptadji, Ph.D. Wanita ini merupakan salah satu penggagas dan pendiri langsung Program Magister Teknik Panasbumi di kampus tempatnya mengajar, yakni ITB. Bahkan ketika program itu beridiri pada tahun 2008, ia diserahi tanggung jawab sebagai managernya.
Sebelumnya Nenny merupakan staf pengajar Program Studi Teknik
Perminyakan ITB sejak tahun 1982. Melihat berbagai keunggulan yang dimiliki energi panasbumi, maka sejak tahun 1987 ia pun mendalami bidang energi panasbumi di Institute Univ. Auckland, New Zealand. Dan dari bidang panasbumi ia mendapat gelar Ph.D. Pengetahuannya di bidang panasbumi yang mumpuni, di Universitas Auckland pun ia sempat diminta untuk mengajar soal panasbumi. Sekarang, selain sebagai dosen, di kampusnya yakni ITB, Nenny dipercaya menjadi Kepala Lab. Geothermal.
Melihat sumbangsihnya dalam pengembangan energi baru terbarukan khususnya panasbumi bagi Indonesia, maka pada tahun 1998 wanita ini menerima penghargaan Presiden RI berupa Sayta Lencana Karya Satya 10 tahun.
Di tengah kesibukannya sebagai ilmuwan panasbumi, Nenny masih bisa menyumpangkan ilmunya bagi dunia luar kampus yang terkait dengan energi. Di antaranya, menjadi anggota Dewan Riset Nasional 2009 – 2011, Ketua Tim Teknis “World Geothermal Congress 2010”, Komisaris Independen PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, 2003 – sekarang. Kemudian, Ketua Komite Audit PT PGN (Persero) Tbk, 2004 – sekarang, tenaga ahli Komisaris PT Pertamina (Persero) dari 2003 -2004 dan seabrek pekerjaan lainnya.
Ada yang menarik dari wanita langka ini, yakni konsepnya mengenai pengusahaan panasbumi di Indonesia. Menurutnya, karakteristik panasbumi Indonesia sangat khas. Terkait hal itu maka pengusahaan panasbumi di Indonesia harus melibatkan tenaga-tenaga profesional bangsa Indonesia pula. “Yang tentunya harus sudah diakui baik oleh nasional mapun internasional. Dan Indonesia sekarang memiliki tenaga-tenaga seperti itu,” dalam sebuah tulisan lainnya. Jadi, soal industri yang membutuhkan rekayasa teknologi tinggi seperti panasbumi, Nenny yakin bahwa tenaga-tenaga profesional Indonesia pun mampu mengusahakannya, tidak usah “luar negeri minded”. (ES)