Flores (sumber foto: esdm.go.id)
PABUMNews- Sebagai tindak lanjut nota kesepahaman antara Badan Litbang ESDM dengan Eastern Indonesia Geothermal Project Consortium, Kementerian ESDM menggelar workshop “Investasi Panasbumi di Provinsi Nusa Tenggara Timur”, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta (29/1/2019).
Kegiatan itu digelar untuk lebih mendalami permasalahan dan solusi pengembangan energi/listrik berbasis panasbumi. Hasil dari workshop diharapkan terjaring strategi yang bisa lebih memudahkan para investor dalam mlakukan pengusahaan potensi panasbumi di Flores sehingga manfaatnya lebih optimal.
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Litbang ESDM, Sutijastoto menuturkan, energi panasbumi di Flores diharapkan mampu meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia. Di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), potensi panasbumi mencapai 1276 MW. Dari total potensi tersebut 776 MW di antaranya ada di Pulau Flores.
“Dari 12 wilayah prospek panasbumi di Pulau Flores, ada tiga wilayah yang mendapat izin pengelolaan WKP (Wilayah Kerja Panas Bumi) dari Menteri ESDM, yaitu Ulumbu, Mataloko dan Sokoria dengan total kapasitas terpasang mencapai 12,5 MW,” ungkapnya.
Dikatakannya juga, saat ini kebutuhan listrik di Pulau Flores mayoritas untuk konsumsi rumah tangga. Ke depan, pengembangan panasbumi di pulau ini dapat diintegrasikan dengan industri sektor hilir seperti industri pertambangan, smelter, perikanan, perkebunan dan pariwisata agar potensinya dapat dimaksimalkan.
“Maka diperlukan koordinasi lintas sektor yang lebih optimal guna meningkatkan investasi di Pulau Flores,” lanjutnya.
Selain kaya akan potensi panasbumi, Flores juga memiliki potensi sumber daya alam lainnya. Di antaranya mineral emas primer sebesar 3.800.000 ton, mangan 34.938.936 ton dan pasir besi.
Di pulau ini terdapat 11 perusahaan tambang yang masih beroperasi, lokasinya di Kabupaten Manggarai, antara lain: PT. Nusa Energy Raya, PT. Indomineral Resources, PT. Tamarindo Karya Resources, PT. Multindo Cakrawala Sejati, PT. Sumber Alam Nusantara, PT. Tribina Sempurna, PT. Masterlong Mining Resources, PT. Sumber Jaya Asia, PT. Rakhsa International, PT. Menara Armada Pratama, dan PT. Wijaya Graha Prima. Pengolahan smelter mangan sebesar 40 ribu ton/tahun membutuhkan energi sebesar 10 MW. (es)