Ali Mundakir (berdiri) menjadi salah satu pembicara dalam The 7th IndoEBTKE ConEx 2018 di Balai Kartini, Jakarta beberapa waktu lalu (foto: Dok. Pertamina)
PABUMNews- PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) menurunkan target kapasitas pembangkit listriknya. Semula, hingga tahun 2026, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu menargetkan 2.100 MW, namun sekarang ini menargetkan sebesar 1.112 MW.
Direktur Utama PGE, Ali Mundakir, mengakui perusahaannya memangkas target kapasitas pembangkitnya. Menurutnya, pemangkasan dilakukan karena menyesuaikan dengan fortofolio perusahaan induknya yakni PT Pertamina (Persero), bukan karena masalah finansial. Ia menegaskan, untuk proyek geothermal banyak sumber green investment yang berbunga rendah bisa menggelontorkan pendanaan.
“Jadi angka 1.112 MW merupakan angka yang realistis untuk bisa kami capai,” ujar Ali di kantornya, seperti dirilis katadata.com, Rabu (12/12/2018).
Ditambahkannya, untuk mengejar target tersebut, PGE akan berusaha mengembangkan sejumlah WKP yang dimilikinya.
Kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE saat ini mencapai 617 MW, di antaranya PLTP Area Kamojang dan PLTP Karaha di Jawa Barat, PGE Area Ulubelu di Lampung, dan PLTP Area Lahendong di Sulawesi Utara.
Tahun depan PGE akan mendapat tambahan kapasitas di antaranya dari PLTP Lumut Balai Unit 1 Sumatera Selatan sebesar 55 MW. Penambahan kapasitas kembali diperoleh PGE pada 2021 hingga 2023 sekitar 220 MW yang berasal dari sejumlah pembangkit yang akan beroperasi.
Ali juga mengatakan, WKP yang kini dalam tahap eksplorasi akan terus dikembangkan, di antaranya di Seulawah, Aceh. Bersama perusahaan daerah milik Pemprov Aceh, PGE mendirikan PT Geothermal Energi Seulawah yang akan mengembangkan kapasitas sebesar 2 x 50 MW. Rencananya, pengeboran sumur eksplorasi akan dilakukan akhir tahun depan.
Rencana penurunan target pembangkit PGE sebenarnya telah diungkapkan Ali pada Agustus 2018 lalu saat menjadi pembicara dalam The 7th IndoEBTKE ConEx 2018 di Balai Kartini, Jakarta. Ia mengatakan, hingga tahun 2030 perusahaannya menargetkan kapasitas sebesar 1.300 MW.
“Kami realistis sampai tahun 2030 akan menghasilkan 1.300 MW”, imbuhnya.
Saat itu Ali menjelaskan, tantangan dalam mengelola energi panasbumi tidaklah kecil.
“Biaya eksplorasi dan modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandingkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil,” ujarnya. (es)