sumber foto : botsosani.wordpress.com
PABUMNews- PT PLN (Persero) akan segera mengembangkan kapasitas terpasang PLTP Ulumbu dan Mataloko, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan dana pinjaman dari lembaga keuangan The KfW atau KfW Bankegruppe, Jerman.
MoU antara PT PLN dengan The KfW akan ditandatangani Kamis (11/10/2018) besok di sela-sela acara International Monetary Fund-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali, yang kini sedang berlangsung.
Direktur Perencanaan PLN Syofvi Roekmana, menyebutkan, pinjaman dari The KfW untuk pengembangan kedua PLTP tersebut besarnya 150 juta euro (Rp 2,7 triliun).
Syofvi menambahkan, Mataloko maupun Ulumbu kapasitasnya akan dikembangkan menjadi 40 MW dengan membangun pembangkit baru di tempat yang sama. Rinciannya, di Ulumbu dibangun 5 GPP berkapasitas 20 MW berlokasi di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Kemudian di Mataloko dibangun Mataloko 2 GPP berkapasitas 10 MW dan Mataloko 3 GPP berkapasitas 10 MW di Desa Todabelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
“Komitmen untuk pinjaman ini sebenarnya sudah lama didapatkan PLN, hanya saja penandatangannya baru akan dilakukan pada Kamis 11 Oktober 2018,” katanya.
Syofvi berharap, penambahan kapasitas PLTP Mataloko dan Ulumbu akan memenuhi kebutuhan listrik untuk wilayah NTT.
Pemenuhan energi listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memang masih menjadi tantangan besar. Dari catatan Antara (29 Desember 2017), rasio elektrifikasi di wilayah yang kaya akan sumber energi panasbumi ini, pada Agustus 2017 lalu hanya sebesar 59,25. Angka ini membuat NTT menjadi provinsi dengan rasio kelistrikan terendah kedua setelah Papua yang hanya sebesar 48,31 persen.
Salah satu kendala pemerataan listrik di NTT adalah luas wilayah yang mencapai lima kali luas Provinsi Jawa Timur. Akibatnya, pengelolan kelistrikan di NTT dibagi dalam empat area meliputi area Timor, Flores Barat, Flores Timur dan Sumba.
Di sisi lain, tingginya penggunaan BBM sebagai bahan bakar, mengakibatkan biaya pembelian tenaga listrik di NTT menjadi yang tertinggi di Indonesia lebih kurang Rp2.400 per kwh. Harga ini jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya sebesar Rp1.000 per kwh. (es)