Prajogo Pangestu
PABUMNews-Prajogo Pangestu, pemilik Star Energi memliki nama lahir Phang Djoen Phen. Konon nama itu berarti “burung besar terbang tinggi menguak awan mendung”. Nama itu memang tepat. Prajogo berhasil terbang tinggi meninggalkan awan mendung di masa kecilnya.
Perusahaan panasbumi Star Energi miliknya kini menjadi perusahaan terbesar di Indonesia mengalahkan PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE), perusahaan plat merah milik PT Pertamina (Persero). Total kapasitas PLTP Pertamina Geothermal hingga akhir 2016 tercatat 532 MW dan tahun ini diproyeksikan tambah menjadi 617 MW, sementara Star Energy mengoperasikan 897 MW. Dengan kapasitas itu, Star Energy tak hanya operator PLTP terbesar di Tanah Air, juga salah satu yang terbesar di dunia di bawah Calpine Corp, Amerika Serikat yang mengelola 945 MW.
Prajogo merupakan anak pekerja getah karet dan tukang jahit di Pasar Sungai Betung, di Kalimantan. Karena tak ada biaya ia hanya bisa sekolah hingga SMP.
Untuk mengubah nasib ia pun mendatangi Jakarta. Namun saat itu Jakarta tak ramah bagi dirinya. Karena melamar ke sana kemari tak ada juga pekerjaan yang didapat, akhirnya ia pulang kampung ke Singkawang.
Di sini Prajogo mencoba menjadi supir angkutan kota Singkawang-Pontianak. Dan dari sinilah nasib Prajogo kelak berubah. Saat jadi sopir angkot, ia berkenalan dengan Bong Sun On (Burhan Uray), orang Malaysia yang berada di Indonesia. Akhirnya Prajogo bekerja di perusahaan milik Burhan Uray, PT. Djajanti Group.
“Si Burung Besar Terbang Tinggi” ini ternyata menarik simpati Burhan Uray. Prajogo kemudian dipercaya menjadi General Manager di perusahaan Burhan Uray yang lain yakni di PT. Nusantara Plywood di Surabaya.
Bebebapa tahun bekerja di Surabaya, Prajogo mencoba membeli sebuah perusahaan kecil CV Pacific Lumber. Uang yang digunakannya adalah pinjaman dari Bank BRI. Dari sinilah kehidupan Prajogo benar-benar berubah.
Kedisiplinan dan kerja keras Prajogo dalam mengelola Pacific Lumber, membuat perusahaan itu cepat berkembang. Akhirnya, Pacific Lumber berganti nama menjadi Barito Pacific yang mengolah 5,5 juta hektar hutan di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, dan Sumatra Selatan.
Barito Pacific kini telah beranak pinak, di antaranya Star Energy, raksasa panasbumi. Prajogo sendiri dikabarkan memiliki kurang lebih 120 perusahaan.
Beberapa hari lalu, transaksi perusahaan Prajogo Pangestu dalam menuntaskan pembelian aset listrik panasbumi Chevron, dinobatkan oleh Project Finance International (PFI) sebagai Asia-Pacific Renewable Deal of The Year 2017.
Seperti diketahui, konsorsium Star Energy menuntaskan akuisisi aset Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) milik Chevron Corporation pada akhir Maret 2017. Total nilai transaksinya US$ 2,3 miliar atau sekitar Rp 31,05 triliun.
Menurut PFI, yransaksi itu merupakan pendanaan komersial lintas negara paling besar yang pernah masuk Indonesia. (es)