PABUMNews – Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) Supreme Energi Muara Laboh (SEML) memperoleh penghargaan sebagai perusahaan penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbesar tahun 2022 untuk Kabupaten Solok Selatan.
Penghargaan diberikan pada Februari 2023 lalu dan diterima langsung oleh pendiri sekaligus CEO PT. Supreme Energi, Supramu Santosa.
“Semoga penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi kami untuk terus berkembang lebih baik ke depannya, ungkap pihak PT. Supreme Energi dikutip dari websitenya, Kamis 16 Maret 2023.
Sementara itu, pihak Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Solok Selatan, diwakili Alfiandri Putra sebagai Kabid Pendapatan, mengatakan, proyek panas bumi (geothermal) yang dikelola PT Supreme Energy Muaro Laboh (SEML) menjadi harapan baru bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatannya.
Selain itu juga menjadi harapan baru bagi stabilitas ketersediaan energi bagi masyarakat Kabupaten Solok Selatan dalam jangka panjang.
Terkait dengan PAD, Alfiandri Putra mengatakan, PAD yang diterima Solok Selatan dari Supreme PT SEML memang paling tinggi jika dibandingkan dengan pemasukan dari perusahaan lainnya yang ada di Solok selatan.
“Dari bonus produksi kita terima PAD dari PT Supreme Energy sebesar Rp 6.726.146.096, belum lagi dari royalti dan lainnya yang disetor ke kas daerah,” ungkapnya dikutip dari JPNN yang tayang pada Februari 2023 lalu.
Jangka waktu penerimaan dari PT SEML terutama dari royalti, lanjutnya, dibayarkan sesuai periodenya. Sementara yang dibayarkan langsung adalah berupa bonus produksi.
Menurut Alfriandi, royalti dari PLTP SEML nilainya sebesar Rp 5,961 miliar pada tahun 2022.
Dengan demikian, total penerimaan dari royalti dan bonus produksi PT SEML mencapai lebih Rp 12 miliar pada tahun 2022.
“Angka ini merupakan angka tertinggi yang diberikan perusahaan kepada pemasukan PAD,” katanya.
Profil PLTP Supreme Enehergi Muara Laboh
PLTP Muara Laboh terletak di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Kini PLTP ini menghasilkan listrik 85 MW untuk jaringan Sumatera.
Supramu Santosa sempat menceritakan bagaimana ia dan teman-temannya jatuh bangun membangun PLTP Muara Laboh.
Supramu menjelaskan, dana yang dihabiskan untuk membangun PLTP Muara Laboh hingga memiliki kapasitas 85 MW adalah sebesar 587 juta dolar AS atau sekitar Rp9 triliun.
“Itu biaya sangat besar,” jelasnya.
Supramu menyebutkan, dari 17 titik panas bumi di Sumatera Barat, baru Muara Laboh yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kebutuhan listrik di jaringan Sumatera.
Rumah tangga yang dapat dialiri listrik dari PLTP Muara Laboh sebanyak 340 ribu rumah tangga.
Diceritakan pula, PT Supreme Energi melakukan upaya pemanfaatan energi panas bumi Muara Laboh sejak tahun 2008 yang dimulai dengan studi pendahuluan.
Proses itu kemudian berlanjut pada tahap penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) atau Power Purchase Agreement (PPA) pada tahun 2012 dan dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi.
Akhirnya tahun 2019, PLTP Muara Laboh sukses mengalirkan listrik ke jaringan PLN untuk didistribusikan kepada amsyarakat.
Ribuan tenaga kerja pun diserap oleh PLTP Muara Laboh untuk mendukung kelancaran operasional pembangkit.***