Foto: Rida Mulyana Dirjen EBTK (sumber: ditjen ebtke)
PABUMNews –Jebolan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas London, Inggris ini, penampilannya agak berbeda dengan pejabat Eselon I lainnya. Dengan rambut sedikit gondrong dan dibelah, ditambah lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai, ia mirip seniman.
Itulah Ir. Rida Mulyana, M.Sc., Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Penampilannya tampak lebih muda dari usia sebenarnya dan ia memang dekat dengan anak-anak muda sehingga banyak yang memanggilnya “Kang Rida”.
Ketika sejumlah anak muda menggelar acara sosialisasi dan diskusi tentang Energi Baru Terbarukan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tahun 2016 lalu, Rida yang terbiasa menjadi utusan negara dalam berbagai forum diskusi internasional itu, tetap bersemangat hadir. Di hadapan anak-anak muda yang usianya masih belasan tahun dalam forum tersebut, tanpa sungkan ia pun memberikan pencerahan tentang apa itu energi baru terbarukan.
Karir laki-laki kelahiran Sumedang tanggal 2 Mei 1963 ini terbilang “kinclong”. Ia merupakan dirjen termuda dalam sejarah Kementerian ESDM. Saat dilantik tahun 2013 lalu, ia berumur 49 tahun. Umumnya dirjen di ESDM diangkat pada umur sekitar 55 tahun atau mendekati masa pensiun.
Anak kelima dari 10 orang anak yang lahir pada saat subuh ini, mengawali karirnya di Pusat Penelitian dan Pembangunan Minyak dan Gas Lemigas di Departemen Pertambangan dan Energi. Sebelum menjabat Dirjen, Rida memegang jabatan Kabiro Perencanaan dan Kerjasama Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM.
Semangatnya dalam energi baru terbarukan memang sangat menggebu. Tak heran jika saat bertugas di Lemigas, Rida diberi kepercayaan untuk lebih terlibat dalam energi baru terbarukan. Karena pengalamannya dan pengetahuannya dalam EBT yang menonjol itu pula, saat masih di Lemigas Rida menjadi pengarah dalam penyusunan buku Proses Pembuatan Bensin dan Solar Ramah Lingkungan.
Semangatnya dalam energi baru terbarukan dapat dilihat pula dalam penggunaan energi listrik untuk konsumsi rumahnya. Atap rumahnya sejak lama dipasangi panel surya yang bisa memproduksi energi listrik 4.000 watt. Menurutnya, panel itu atas inisiatif sendiri untuk mencukupi kebutuhan energi listrik di rumahnya. “Ini merupakan bagian menggelorakan semangat penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia,” ujarnya.
Salah satu kegemaran Rida adalah membaca buku. Koleksi buku di rumahnya berderet-deret dari mulai terbitan dalam negeri maupun luar negeri. Dari mulai soal perminyakan hingga hiburan. Kesimpulannya, terkait buku, Rida “melahap” semua tema. salah satu buku non ilmiah yang menjadi koleksinya adalah buku-buku tulisan Emha Ainun Najib. Menurutnya, membaca tulisan Emha seperti berdialog dengan diri sendiri, berdialog dengan lingkungan dan berdialog dengan semesta.
Lalu bagaimana dengan energi panasbumi? Pada tahun 2017 ini Rida cukup lega sebab kapasitas terpasang energi listrik dari panasbumi kemungkinan besar mencapai target.
“Pembangkit listrik panasbumi yang tercatat sebesar 1.698,5 MW pada semester I 2017 memang merupakan target pada semester itu,” katanya.
Ia pun cukup optimis, target energi listrik dari panasbumi tahun 2017 sebesar 1.858,5 MW akan tercapai.
“Akan ada tiga tambahan pembangkit listrik panasbui yang akan efektif tahun ini yakni di Sarulla Sumatera Utara sebesar 110 MW, Karaha Jawa Barat 30 MW dan Sorkmarapi 20 MW,” katanya seraya mengatakan, capaian 1.858,5 tersebut diperkiarakan bisa tercapai pada Desember 2017. (Harry)