Jajaran pejabat Kementerian ESDM dan CEO Supreme Energi, Supramu Santosa, meresmikan penajakan sumur eksploitasi panasbumi Muara Laboh beberapa waktu lalu (Dok. ESDM)
PABUMNews– Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Muaralaboh di Solok Selatan, Sumatera Barat akan berproduksi tanggal 23 September 2019. Berbagai persiapan dilakukan, baik oleh PT Supreme Energy Muara Laboh selaku operator maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku pembeli dan peyalur listrik dari PLTP tersebut.
“Dalam tahap I, kapasitas yang dikembangkan PLTP Muaralaboh sebesar 80 MW,” kata Plan Manager PT Supreme Energy Muaralaboh, Yoza Jamal, Jumat (24/5/2019)
Menurut Yoza, proses pembangunan PLTP Muaralaboh sudah memasuki tahap finishing, sementara PLN juga sudah membuat Gardu Induk dan jaringan tegangan tinggi untuk menampung listrik dari PLTP Muaralaboh.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam pengoperasiannya, seperti dimuat Antara (Jumat, 24/5/2019), pihak Supreme Energy sudah mengirimkan lima orang untuk magang di Singapura dengan keahlian sistem kontrol. Kemudian pada Juni 2019, akan dikirim lagi lima orang untuk magang ke Jepang.
“Peralatan pembangkit dibeli dari Jepang supaya mengerti mengoperasikan dan merawatnya maka dilatih di perusahaan pembuatnya,” ujarnya.
Informasi lainnya menyebutkan, untuk PLTP unit 1 sebesar 80 MW, nilai investasi yang dikucurkan oleh PT. Supreme Energy Muara Laboh sebesar US$580 juta atau setara dengan Rp 7,7 triliun. Ini berarti untuk pengembangan 1 MW dibutuhkan 7,25 Juta US$ atau Rp 96,4 Milyar.
Saat beroperasi, PLTP ini mampu melistriki 160.000 rumah tangga pada subsistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara.
Selain itu, proyek ini juga akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Solok Selatan pada khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya melalui penciptaan lapangan kerja selama proyek ini berlangsung maupun melalui program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Supreme Energy Muara Laboh. (es)