Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah (sumber foto: masganjar.id)
PABUMNews – Terkait penolakan sejumlah masyarakat terhadap proyek pembangunan Pembangkit LitrikTenaga Panasbumi (PLTP) Baturraden di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyarankan agar semua pihak yang menolak termasuk para aktivis lingkungan diajak bicara.
Ganjar menegaskan, panasbumi merupakan salah satu energi yang bersih untuk kebutuhan pembangkit listrik sehingga masyarakat perlu mendapatkan penjelasan manfaatnya dan kelebihan energi panasbumi dari energi lainnya.
“Ajaklah bicara mereka yang menolak termasuk aktivis lingkungan. Lingkungan paling bersih apa sih? Apa kita sudah mau ke nuklir, aktivis lingkungannya diajak ngobrol dong,” katanya kepada wartawan usai Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Tingkat Jawa Tengah di Kebun Raya Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu (16/8/2017).
Menurut Ganjar, panasbumi merupakan potensi energi yang sangat besar yang dimiliki Indonesia sehingga harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran mayarakat. Ganjar merasa yakin, sebagian besar masyarakat akan menolak jika pemerintah mencanangkan penggunaan energi nuklir.
“Bahkan, penggunaan batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang juga diprotes,” katanya.
Ganjar menceritakan kejadian saat dirinya dipanggil Presiden Jokowi untuk membicarakan pembangunan strategis di Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan agar ekonomi energi dunia harus pindah ke green energy (energy hijau). “Ibu Sri Mulyani mencontohkan green energy itu adalah panasbumi di Islandia,” katanya.
“Jadi sekarang bukan cabut-tidak cabut soal izin Baturraden. Kita butuh energi dan kita punya, mau kita gunakan atau enggak,” katanya.
Secara terpisah Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Banyumas, Didi Rudwiyanto, mengatakan, dengan adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panasbumi, usaha pertambangan dan panasbumi dipisahkan setelah sekian lama digabung.
Pemisahan tersebut, lanjutnya, dilakukan karena kawasan hutan lindung tidak mungkin untuk pertambangan.
“Panasbumi seperti ketel, ada air masuk, batunya panas karena terkena magma dan jadi uap, yang diambil uapnya. Jadi, jangan khawatir kawasan Guci (Tegal) dan Baturraden akan kehilangan air karena yang diambil uapnya,” katanya.
Ia mengakui masyarakat trauma dengan Lapindo. Namun tegasnya, pembangunan PLTP Baturraden tidak seperti pengeboran Lapindo.
“Yang dicari bukan minyak, bukan gas. Ini yang dicari uap di batuan beku di kedalaman 2.500-3.000 meter yang ada uap panasnya dan pengeborannya bisa dilakukan dengan posisi miring. Itu di undang-undang diizinkan di hutan lindung dengan luasan yang ditentukan,” katanya. (Arry)