Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM. (Foto: Hsn/Pabumnews)
PABUMNews – Hingga akhir tahun 2020, kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) mencapai 10,4 giga watt (GW). Dari kapasitas sebesar itu, pembangkit listrik tenaga panas bumi menjadi penyumbang terbesar kedua, sementara pembangkit air/hydro menjadi penyumbang terbesar pertama.
Dikutip dari hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Kementerian ESDM dengan Komisi VII DPR RI pada Senin (16/11/2020), diketahui hingga November 2020 kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mencapai 2.130 MW (2,13 GW), sementara pembangkit air termasuk mini dan mikro mencapai 6,08 GW.
Penyumbang terbesar ketiga ditempati pembangkit listrik bioenergi yang kapasitasnya hingga November 2020 ini mencapai 1,89 GW. Kemudian posisi terahir ditempati oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Keduanya baru mencapai kapasitas 0,15 GWp hingga November 2020 ini.
Tabel kapasitas pembangkit listrik EBT
Realisasi investasi selalu terbesar
Namun meskipun dari sisi kapasitas terpasang pembangkit di posisi kedua, realisasi investasi proyek panas bumi dalam lima tahun terakhir ini selalu menjadi yang terbesar, termasuk realisasi investasi di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini.
Tabel realisasi investasi pembangkit EBT
Sementara itu, Pemerintah menargetkan ada penambahan kapasitas pembangit listrik tenaga panas bumi pada tahun 2025 sebesar 1.446 MW. Berarti dengan kapasitas yang sekarang sebesar 2.130 MW, tahun 2025 total kapasitas panas bumi Indonesia ditargetkan menjadi 3.576 MW. Sebelumnya, pemerintah menargetkan kapasitas panas bumi pada tahun 2025 mencapai 7.241,5 MW. Dengan demikian, ada pemangkasan target sekitar 50 persen dari target awal.
Tabel PPLTP COD tahun 2025.
(es)